Senin, 09 November 2009

Temanggung : Rumah Muh Djahri



Djahri alias Muh Djahri

Beberapa bulan yang lalu, ketika santer diberitakan tentang penggerebekan teroris di Temanggung, sebuah rumah dan pemiliknya menjadi sorotan media masa hampir tanpa henti. Semua orang membicarakan hal tersebut dengan antusias sampai akhirnya hampir dilupakan orang karena ada isu yang lebih menarik yaitu Cicak vs Buaya.
Tapi biarlah orang membahas isu terbaru itu, sedangkan saat ini selagi ada kesempatan di sore ini kebetulan  saya lewat di daerah kec. Kedu kab. Temanggung, saya mampir ke rumah Bapak Djahri, atau orang menyebutnya Muh Jahri atau Muh Zuhri.
Dengan ditemani seorang sahabat, waktu itu sekitar jam 15.00 WIB, saya melihat seseorang menaiki sepeda menuju halaman rumahnya. Wah kebetulan, beliau adalah Bapak Djahri. Segera saya dan teman saya turun dari mobil dan menghampiri beliau, kami bersalaman dan mengucapkan salam, kemudian dipersilakan duduk.
Setelah memperkenalkan diri kami, beliau pun juga memperkenalkan diri, bahwa namanya sebenarnya adalah Djahri, tetapi pada saat menikah diberi tambahan Muh karena kata teman-temannya namanya terlalu pendek sehingga menjadi Muh Djahri. Saat ini pak Djahri masih mengajar di SMP Muhamadiyyah Kedu untuk mata pelajaran Agama Islam dan Bahasa Jawa.
Pada kesempatan itu kami juga sempat menanyakan kejadian pada saat terjadinya penggerebekan, kata pak Djahri sebenarya seminggu sebelum kejadian sudah terasa ada yang tidak beres dengan lingkungannya. Mulai dari pertanyaan-pertanyaan orang tentang tamunya sampai pada hari Jumat saat beliau jadi imam dan khotib, terlihat banyak wajah baru yang tidak dikenalnya hadir dan mengikuti  ibadah shalat Jumat. Sampai akhirnya saat penggerebekan beliau menuju rumahnya tetapi dicegat oleh petugas polisi yang melarang mendekati rumah. Pak Djahri memaksa masuk tapi dilarang, “Jangan mendekat, nanti Anda bisa tertembak”
“Tertembak tidak apa-apa…” katanya, karena sudah tahu kalau tamunya tidak mungkin bawa senjata, sebab waktu datang cuma bawa tas kecil saja.
“Tidak boleh, nanti Anda bisa dijadikan Sandra,.. Apapun itu tidak boleh masuk saya bisa disalahkan dan ini tugas saya disini..!” kata polisi
Akhirnya pak Djahri nurut saja yang dikatakan polisi, dan diamankan beberapa meter dari rumahnya, dan juga disaksikannya betapa rumahnya di ledakkan sampai 6 kali, dan ditembaki, beliau hanya bisa pasrah saja.

Rumah Pak Djahri Sekarang

Setelah petugas berhasil menewaskan tersangka, pak Djahri pun dibawa ke Yogyakarta dan kemudian ke Jakarta. Setelah ditanya ini itu yang melelahkan selama beberapa hari  beliau dibebaskan dan rumahnya diperbaiki oleh pihak Polri.
Kata pak Djahri, “Saya ini orang desa, kalau ada tamu maka sudah semestinya saya perlakukan dengan sopan, apalagi dia teman dari keponakan saya” . Ketika ditanya apa teroris itu, jawabnya,”  Saya tidak tahu,apalagi jika dikaitkan dengang maker, tapi kata tetangga saya teroris adalah orang yang melakukan terror, jika anda meneror saya maka anda teroris"
Yah begitulah sekelumit cerita dari Bapak Djahri alias Muh Djahri, seorang yang memiliki sorot mata yang teduh dan suara yang tegas dengan keluguan dan kearifan beliau.
Temanggung, 09 Nov 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar