Jumat, 20 November 2009

Hidup Jaya Cara Cina

Depok, 20 November 2009
Hidup Jaya Cara Cina
Zaim Saidi - Direktur Wakala Induk Nusantara
Cina memiliki strategi untuk meraih kejayaan.

Kalau ada negara yang tampak paling antisipatif dalam menghadapi kemungkinan runtuhnya sistem finansial dunia saat ini maka negara itu adalah Republik Rakyat Cina. Negara berpenduduk terbesar di dunia ini, diam-diam, terus mengambil langkah paling jitu: mengalihkan kekayannya pada aset nyata, yaitu emas (dan perak). Belum lama ini pemerintah Cina menganjurkan dengan sangat kuat agar setiap orang Cina menyisihkan sekurangnya 5% dari tabungannya dalam bentuk emas.
Kalau kita ingat kebijakan resmi Pemerintah Cina terhadap emas sampai sekitar satu dekade lalu langkah di atas sangatlah radikal. Secara resmi, sampai sebelum terjadinya "Krismon" Asia Tengara 1997 lalu, Pemerintah Cina sangat menghambat rakyatnya untuk memiliki emas. Hanya mereka yang mendapatkan izin tertentu dari pemerintah, seperti para pengrajin emas, dapat membeli dan memiliki emas.
Selain itu, pemerintah Cina sendiri, terus-menerus menambah stok emasnya, untuk mengalihkan cadangan kekayaannya. Selain emas, tentu saja, perak sebagai pasangan bimetalik ini, juga makin digemari oleh pemerintah dan rakyat Cina. Sebagaimana ditulis oleh Jeff Clark, seorang analis emas dan perak dari Casey Research, rakyat Cina banyak mengantri di bank-bank, kantor pos, dan perusahaan pencetakan emas resmi yang baru didirikan, untuk memborong emas dan perak.
Jeff Clark juga menunjukkan fakta yang sengat menarik, sebagaimana disajikan dalam dua grafik di bawah ini.
Pertama, pada tahun 2008, Cina memproduksi 9.07 juta ounce emas, melampaui negara-negara penghasil emas terbesar lainnya. Tingkat produksinya pun meningkat, sementara negara lain justru menurun.
Kedua, lebih dari setengah abad sebelumnya Cina merupakan negara dengan konsumsi emas per kapita terendah. Tahun ini diperkirakan permintaan Cina akan emas akan melebihi permintaan India. Ini berarti mereka akan menjadi pembeli emas eceran no 1 di dunia.
Ketiga, pemerintah Cina memanfaatkan cadangan devisanya untuk membeli emas dalam porsi yang makin besar. Bulan April lalu, secara mengejutkan mereka mengumumkan bahwa mereka telah membeli emas, sejak 2003, dan meningkatkan cadangan emasnya sampai 76%, menjadi 33.886 juta ounce. Saat ini pemerintah Cina menguasai emas lebih dari 30 kali jumlah yang mereka miliki pada 1990. Cinalah yang akan menjadi pembeli terbesar dari penjualan 12.9 juta ounce cadangan emas IMF.
Grafik 1
Dan bukan cuma soal produksi dan konsumsi logam mulia saat ini saja letak kekuatan Cina. Jeff lebih jauh membuat analisis kekuatan Cina untuk melakukan manuver labih jauh. Grafik berikut menunjukkan bahwa, meskipun Cina berada pada urutan ke-7 penimbun emas, porsi emasnya terhadap cadangan yang ada di dunia saat ini, masih sangat kecil (tak sampai 2%). Apa yang bakal terjadi kalau Cina menaikkan cadangannya, sampai 5%, atau 10%? Memang, untuk menjadi kampiun penimbun emas, Cina harus memborong emas sebanyak gabungan yang dimiliki oleh Perancis, Itali, dan Jerman.
Mampukah Cina melakukannya? Berikut analisis Jeff Clark.
Pada harga emas sebesar 1,000 USD untuk mendongkrak cadangan Cina sampai 5% diperlukan dana sebesar 55.3 milyar USD; untuk 10% diperlukan $144.4 milyar USD; untuk menjadi nomor 1 diperlukan $227.6 milyar USD.
Cadangan devisa Cina saat ini mendekati 2.3 triliun USD, 70%-nya, sekitar 1.6 triliun USD, berbentuk dolar AS. Jadi, jumlah dana yang diperlukan Cina untuk menjadi kampiun emas dunia, relatif kecil saja. Cina tak punya masalah dengan uang kertas dolar AS. Kenyatannya cadangan emas Cina terus meningkat. Pembelian terus-menerus terjadi, baik oleh pemerintah maupun oleh penduduk biasa. Diperkirakan sekitar 9.6 juta ounce emas di Cina akan dicetak menjadi koin dan medali tahun 2009 ini. Dengan harga 1000 USD/ounce usaha ini hanya memerlukan 9.5 milyar USD, hanya sekitar 30% dari modal yang ada di Cina.
Menarik kita ketahui situasi untuk perak. Total produksi tahun ini diharapkan mencapai 35 juta ounce, setara 625 juta USD atau cuma 1.7% modal tersedia. Dengan kata lain, di luar kebutuhan konsumsi penduduk akan barang-barang rumah tangga lain, konsumsi untuk emas dan perak masih akan membesar. Kecenderungan ini juga didukung oleh fakta demografis di Cina di mana kelas menengah juga terus meningkat, sampai 70% pada 2020. Jadi, dalam sepuluh tahun ke depan, konsumsi emas dan perak di Cina akan terus meningkat pula.
Grafik 2
Begitulah, di tengah merangkaknya harga emas dunia belakangan ini, seyogyanya kita belajar dari strategi Cina ini. Dari grafik di atas kita pun bisa melihat tingkat produksi emas Indonesia yang terus-menerus turun. Sementara dilihat dari cadangan emas Indonesia hanya menempati posisi ke 37, dengan cadangan emas cuma 73.1 ton (Baca juga: Satu Keluarga, Satu Dinar).
Namun, tak usah risau, karena tak ada kata terlambat dalam berurusan dengan emas dan perak. Dengan semakin luasnya peredaran Dinar emas dan Dirham perak melalui jaringan Wakala di negeri ini, masyarakat kita memiliki kesempatan luas untuk memperkuat diri. Menjadi tugas setiap diri kita untuk menyadarkan, meyakinkan, dan mengajak orang lain, untuk mulai menyelamatkan aset bangsa ini.
Dengan bukti-bukti kekuatan Dinar dan Dirham yang telah kita miliki, kita bisa mematok angka yang jauh lebih tinggi dari yang dipakai oleh pemerintah Cina (5%) di atas. Misalnya saja jadikan sekurangnya 50% dari tabungan dan cadangan harta kita sebagai dinar emas dan dirham perak. Miliki dan gunakanlah dinar dan dirham.

wakalanusantara.com/detilurl/Hidup.Jaya.Cara.Cina/181

Tidak ada komentar:

Posting Komentar