Minggu, 23 Mei 2010

Mengislamkan Ibadah

MENGISLAMKAN IBADAH KITA
Diringkas dari buku Komitmen Muslim terhadap Harakah Islamiyyah karya Fathi Yakan




Di dalam Islam, Ibadah merupakan puncak ketundukan dan dan pengakuan atas keagungan dzat yang diibadahi. Ibadah merupakan tangga penghubung antara Sang Pencipta dengan mahlukNya. Ibadah juga mempunyai dampak yang amat besar pada diri manusia dalam berinteraksi dengan sesama mahlukNya. Dalam hal ini, sama saja antara rukun Islam (yaitu syahadat, shalat, puasa dan haji) dengan seluruh ibadah lainnya yang dilakukan manusia yang ditujukan untuk mencapai ridhoNya dan melaksanakan syariatNya.

Logika Islam menghendaki agar seluruh kehidupan merupakan pengabdian (ibadah) dan ketaatan, sebagaimana firmanNya : “Dan tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (mengabdi) kepadaKu. Aku tidak menginginkan rizki dari mereka dan Aku tidak menginginkan mereka memberi makan kepadaKu. Sesungguhnya Aku (Allah) lah Pemberi rizki yang memiliki kekuatan yang kokoh.” (QS Adz Dzariyat:56).
Dan firmanNya :
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”  (QS Al An’am:162).

Agar dapat mengislamkan ibadah kita maka kita harus :

1. Menjadikan ibadah kita hidup dan bersambung dengan Allah. Dan iini merupakan taraf ihsan dalam ibadah. Rasullullah pernah ditanya tentang ihsan, jawab beliau : “ Engka beribadah kepada Allah dengan sikap seolah-olah engkau melihatNya. Maka jika engkau tidak dapat melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim).

2. Menjadikan ibadah kita khusu’ sehingga dapat merasakan hangatnya hubungan dan mesranya kekhusyu’an. A’isyah berkata :”Adalah Rasul saw biasa berbicara dengan kami dan kami berbicara dengan beliau, Tapi bila datang waktu shalat, seolah-olah beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau.” (HR Al Azdy)

3. Beribadah denga hati yang penuh kesadaran dan menjauhkan pemikiran tentang kesibukan dunia dan problematika yang terjadi di sekitar kita.

4. Tidak pernah merasa puas dalam ibadah. Firman Allah dalam hadist qudsy : “Barang siapa memusuhi waliKu maka sesungguhnya Aku telah mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklan seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu perbuatan yang Aku lebih cintai daripada apa-apa yang telah aku wajibkan kepadanya. Dan seorang hambaKu terus menerus mendekatkan diri kepadaKu dengan ibadah-ibadah nafilah sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku mencintainya Akulah pendengarannya yang dengannya a mendengar, Akulah penglihatannya yang dengannya ia melihat, Akulah tangannya yang dengannya ia memukul, dan Akulah kakinya yang dengannya ia berjalan. Kalau ia meminta kepadaKu niscaya Aku beri dan jika ia meminta perlindungan kepadaKu niscaya akan Aku lindungi.” (HR Muslim).

5. Memelihara shalat malam dan melatih diri agar terbiasa melakukannya karena shalat malam (qiyaamullail) merupakan salah satu pembangit iman yang paling kuat (diantara ibadah-ibadah nafilah yang dianjurkan secara kontinyu). Maha benar Allah ketika berfirman : “Sesungguhnya bangun di waktu malam itu lebih besar pengaruhnya dan bacaan di waktu itulebih berkesan.” (QS Al Muzammil:6). Juga dalam QS Adz Dzariyyat :17-18 : “Keadaan mereka sedikit tidur di malam hari dan di pagi hari mereka istighfar.” Sedangkan dalam QS As Sajadah:16 ;” Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedanga mereka berdoa kepada Rabb nya dengan penuh rasa takut dan harap, dan mereka menginfakkan sebagian rizki yang Allah berikan kepada mereka.”

6.Mempunyai waktu khusus untuk mengkaji dan merenungkan Al Quran terutama diwaktu subuh.

7. Menjadikan do’a sebagai jalan menuju ke langit (mi’raj) kita kepada Allahdalam setiap urusan kehidupan, karena do’a adalah sumsum ibadah. Allah berfirman : “Berdoalah kepadaKu niscaya Aku mengabulkan untuk kalian.” (QS Al Ghofir:60)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar